Jumat, 13 November 2015

MENGENAL TANAMAN MAHONI (Swietenia macrophyla King.)


TANAMAN MAHONI (Swietenia macrophyla King.) 

I. Informasi Umum 

Mahoni termasuk Famili Meliaceae, pohon dapat mencapai tinggi 40 meter dan diameter batang mencapai 100 cm, bentuk batang silindris, agak lengkung, berserpih dalam jalur-jalur dengan warna kulit coklat kelabu. Tajuk berbentuk kubah, rapat dan menggugurkan daun. Pohon tahan terhadap naungan, daunnya sukar terbakar sehingga digunakan sebagai tanaman sekat bakar. (Hendramono, 2006). 

II. Pengadaan Bibit Tanaman 
  • Bahan untuk bibit Biasanya musim bunga pada bulan September – Oktober sedangkan musim buah pada bulan Juni – Agustus. Pembentukan bunga sampai buah masak diperlukan waktu 9 - 12 bulan, Masa berbunga dan buah terjadi setiap tahun mulai umur 10 - 15 tahun. Benih: coklat, lonjong padat, bagian atas memanjang melengkapi menjadi sayap, panjangnya mencapai 7.5-15 cm. Biji disebarkan oleh angin, pada pohon dewasa dapat menghasilkan sekitar 200 buah masak pertahun atau sekitar 4-8 kg benih. Tetapi umumnya produksi hanya 2,5-4 kg. (Soerinegara I, 1993) 
  • Ekstraksi buah Buah kering yang masak dan benih dikumpulkan dari lantai hutan, untuk mengurangi berat, lebih baik apabila diproses di lapangan. Buah akan merekah setelah dijemur 1 - 4 hari, tergantung kemasakan, setelah itu biji dapat dipisahkan dengan menggoyang atau menggaruk buah. Selanjutnya dilakukan pemotongan sayap bila diperlukan (Soerinegara I, 1993). 
  • Viabilitas benih Untuk pengujian, benih dikecambahkan pada media pasir dengan kisaran suhu 35 - 30°C atau suhu tetap 30°C selama 12/12 atau 8/16 jam terang/ gelap. 
  • d. Perkecambahan Benih berkecambah pada media lembab di bawah naungan. Benih akan berkecambah dalam 10 - 21 hari. Bibit dijaga tetap dalam naungan sampai di tanam di lapangan setelah tingginya mencapai 50 - 100 cm. 
  • Pembibitan Pada persemaian benih ditabur di bak pasir terbuka sedalam 3 - 7 cm atau langsung ditabur di kantong. Media yang baik untuk pembibitan berupa pasir atau tanah atau campuran keduanya dengan perbandingan volume 1 : 1 atau 1 : 2. Pemupukan semai mahoni dilakukan setelah semai tumbuh mencapai 5 – 8 cm atau 1 bulan sebelum penanaman (Suharti et al, 1990 dalam Hendromono, 2006). 
III. Penanaman 
  • Penyiapan Lahan Pengolahan lahan yang optimal bagi jenis mahoni ditinjau dari segi pembiayaan dan pertumbuhan awal tanaman adalah pembersihan lahan, pembajakan total diikuti pembajakan secara jalur (BTR Benakat, 1992 dalam Hendromono, 2006). Jika penanaman dengan sistem tumpangsari, pembersihan dilakukan pada seluruh areal dengan jalan pembabadan semak belukar dan pohon – pohon kecil daro areal sebelum ditanami. Sedangkan, jika penanaman dengan sistem jalur atau cemplongan, pembersihan lapangan hanya pada jalur selebar 1 meter dan pada cemplongan dibuat piringan tanaman dengan radius 0,5 m atau bentuk bujur sangkar dengan sisi 1 m, searah garis kontur (Hendromono, 2006). 
  • Penanaman Penanaman dengan cara tumpangsari umumnya dilakukan dengan jarak tanam 3 m x 2 m, sedangkan dengan cara jalur atau cemplongan ditanam dalam piringan tanaman ukuran radius piringan 50 cm dan ukuran lubang tanam 30 cm x 30 cm x 20 cm (Hendromono, 2006).
IV. Pemeliharaan
  • Penyiangan Penyiangan dilakukan 2 – 3 kali setahun selama 2 tahun pertama. Penyiangan ± 50 cm keliling batang atau bekas piringan tanaman bersih, sedangkan pada sistem jalur, tumbuhan yang menaungi tetap dipertahankan sampai umur 3 tahun. Setelah umur 3 tahun, penyiangan hanya dilakukan setahun sekali (Hendromono, 2006). 
  • Penyulaman Penyulaman tanaman yang mati dilakukan pada saat penyiangan pertama sampai dengan yang ke dua kali pada tahun pertama penanaman. 
  • Pemangkasan (pruning) Pemangkasan dilakukan terhadap cabang – cabang yang tidak diinginkan dan meninggalkan cabang – cabang terpilih. Hal ini dilakukan secara teratur dan dapat bersamaan dengan kegiatan penyiangan tanaman (BTR Benakat, 1988 dalam Hendromono, 2006). 
  • Pemupukan Pemupukan di lapangan dilakukan ketika tanaman berumur 1 tahun dengan dosis 30 – 50 gram ZA ditambah 20 – 25 gram TSP dan pupuk organik sebanyak 2 kg tiap pohon untuk jenis tanah grumosol. Sedangkan, dosis yang diberikan pada jenis tanah podsolik merah kuning adalah 25 gram pupuk urea ditambah 50 gram TSP ditambah 25 gram KCl ditambah pupuk organik 3 kg tiap pohon (Suharti dkk, 2000). Jika dilakukan penanaman mahoni dengan pola lorong (alley cropping), maka perlakuan pemeliharaan seperti pemangkasan dan penjarangan atau penebangan berpengaruh terhadap masa aktif ruang pertanian bahkan sebagai tindakan untuk mengaktifkan kembali ruang pertanian (Sabarnurdin, 2004).
V. Manfaat Mahoni 

Salah satu yang dimanfaatkan pohon mahoni yang bermanfaat untuk biofarmaka yaitu biji/buah. Buah mahoni memiliki zat flavonolds yang dikenal berguna untuk melancarkan peredaran darah. Kemudian biji tersebut dikeringkan lalu digiling halus menjadi serbuk. Kegunaannya untuk mengobati : Tekanan darah tinggi, kencing manis, kurang nafsu makan, rematik, demam dan masuk angin, dengan pengaturan dosis yang tepat. Sedangkan kayu mahoni banyak digunakan sebagai bahan bangunan dan meubelair.

VI. Daftar Pustaka 

Hendromono, Y. Heryati, danN. Mindawati. dalam Pusat Penlitian dan Pengembangan Hutan Tanaman, Badan Penelitian dan Pengembangan Kehutanan (2006).
Teknik Silvikultar Hutan Tanaman Industri, Desember 2006. Hal. 68 Soerianegara I, Lemmens, R.H.M.J., eds., 1993. Plant Resources of South-East Asia No. 5(1). Timbertrees: major commercial timbers. Wageningen, Netherlands: Pudoc Scientific Publishers. Suharti, S; Murniati; Sumarhani dan Pradjadinata. 2000. Teknik Pemupukan Tanaman Mahoni (Switenia macrophylla King). Informasi Teknis No. 125. Pusat Penelitian dan Pengembangan Hutan dan Konservasi Alam. Bogor Sabarnurdin, MS; P. Suryanto, dan WB. Aryono. 2004. Dinamika Pohon Mahoni (Switenia macrophylla King) pada Agroforestry Pola Lorong (Alley Cropping). Jurnal Ilmu Pertanian Vol. 11 No. 1. Hal : 63 - 73