TEKNIK PEMETAAN PARTISIPATIF DI LAPANGAN
Pemetaan partisipatif
adalah sebuah proses membuat gambar yang memuat satu atau beberapa informasi
tentang lahan yang melibatkan seluruh anggota HKm dalam seluruh rangkaian kegiatan mulai dari
perencanaan, pelaksanaan, penggambaran, evaluasi dan sosialisasi peta. Disamping itu, pemetaan partisipatif juga
merupakan sebuah alat (tools) untuk penyelesaian konflik lahan (tenurial). Proses pembuatan peta lahan inilah yang
menjadi tujuan utama dari pemetaan partisipatif ini sementara hasilnya berupa
peta sebagai sebuah dokumen untuk perencanaan.
Beberapa manfaat
dari pelaksanaan pemetaan partisipatif pada penataan dan penyusunan rencana
kerja HKm di lapangan antara lain :
1. Media komunikasi
bersama antara anggota HKm
2. Media resolusi
konflik antara anggota HKm
3. Membangun
manajemen kelompok HKm
4. Media belajar
bersama antara anggota kelompok HKm
5.
Media perencanaan kelola areal kerja HKm
Adapun tujuan dari pemetaan partisiptif
(pengukuran) di lapangan adalah :
1. Peserta mengerti
teori dasar pengukuran
2. Peserta mampu
menggunakan alat-alat pengukuran sederhana
3. Peserta mampu
mengolah data pengukuran
4. Peserta mampu
menggambar peta sketsa
5.
Peserta mampu membuat rencana kelola (rencana kerja)
Tahapan
pelaksanaan pemetaan partisiptif di lapangan :
A.
Persiapan alat
Alat dan bahan yang perlu disiapkan sebelum pemetaan
partisipatif lapangan (proses pengukuran) antara lain sebagai berikut :
·
Patok bambu : digunakan sebagai tanda titik pengukuran
·
Jalon kayu : digunakan sebagai tanda bisikan
·
Kompas : digunakan sebagai pengukur sudut datar lapangan
·
Klinometer : digunakan sebagai pengukur sudut kemiringan
lapangan
·
Haga : digunakan sebagai pengukur tinggi pohon
·
GPS : digunakan sebagai penentuan titik geografis peta
·
Meteran : digunakan sebagai pengukur jarak lapangan
·
Lembar isian : digunakan sebagai pencatat hasil dan info
pengukuran
·
Denah lahan : digunakan sebagai acauan pengukuran lahan
B. Pembentukan tim kerja
Tim kerja yang dipersiapkan minimal terdiri dari 6 orang untuk
setiap tim kerja dengan pembagian tugas sebagai berikut :
1.
Orang pertama bertugas sebagai koordinator pengukuran
yang bertugas mengontrol anggota tim agar dapat bekerja dengan baik.
2.
Orang ke dua bertugas mengukur jarak lapangan sambil
membawa jalon. Jarak yang diukur adalah jarak miring.
3.
Orang ke tiga bertugas membaca kompas dan klinometer.
Kompas adalah alat yang digunakan untuk menetukan arah
(azimuth) yang dibidik terhadap arah nol derajat utara. Sudut yang dibaca adalah sudut datar.
Bagaimana menggunakan kompas?
Dengan kompas kita dapat membaca azimuth/ bearing, azimuth/bearing adalah sudut yang dibentuk oleh arah
tertentu terhadap arah utara magnetis.
Arahkan bidikan kompas ke arah titik tempat yang akan
kita ukur bearingnya, putar piringan kompas hingga tanda
panah uatar pada posisi searah dengan jarum magnetis.
Dekatkan mata ke kompas dan baca tanda penunjuk pembacaan sudut bearing.
Pastikan tidak ada gangguan terhadap kompas, misalnya tidak dekat dengan logam atau magnet yang lain.
· Klinometer adalah alat untuk mengukur sudut miring atau
kelerengan
· Bagaimana menggunakan klinometer?
Arahkan bidikan klinometer ke ujung lereng yang akan
diukur.
Baca derajat kemeringan lereng tersebut.
Apabila Klinometer tidak tersedia,
maka peralatan pengukur lereng dapat digantikan dengan Busur derajat 360° yang dikombinasikan
dengan bandul pemberat yang diikat dengan benang pada titik tengah busur derajat sebagai pengukur kelerengandan penggaris yang
diikatkan melintang melewati titik tengah busur sebagai pengarah kelerengan.
4.
Orang ke empat bertugas mencatat seluruh hasil pengukuran
sebagi dokumen yang akan digunakan sebagai pembuatan peta sketsa.
5.
Orang ke lima bertugas memasang patok ukur.
· Patok digunakan untuk menandai titik yang telah diukur
dan diberi nomor atau informasi yang sekiranya penting.
6.
Orang ke enam bertugas mencatat keterangan informasi yang
ada dalam areal yang diukur dan menggambar sketsa pengukuran sekaligus memgang
alat ukur Haga (bila ada) untuk mencatat ketinggian pohon dalam meter.
· Bagaimana menggunakan Haga?
Bidik Haga ke pohon yang akan diukur tingginya.
Baca tinggi pohon berdiri yang diukur (dalam
meter) dari bawah sampai dengan tinggi bebas cabang (biasa dilakukan untuk
pohon berkayu).
C.
Perencanaan pelaksanaan
Tim terlebih dahulu mempersiapkan sketsa areal yang akan
dilakukan pengukuran. Sketsa areal
tersebut merupakan kesepakatan bersama yang merupakan hasil petemuan beberapa
pihak yang berkepentingan terhahap areal tersebut. Kesepakatan ini penting karena hasil
pengukuran areal kerja ini merupakan peta yang harus diakui oleh semua pihak
yang berkepentingan.
Arah pelaksanaan pengukuran perlu ditetapkan, serah atau
berlawanan arah jarum jam. Untuk
mempermudah penggambaran peta biasanya dipilih searah dengan jarun jam karena
sudut datar (dari hasil kompas) akan lebih mudah diterjemahkan di atas kertas.
D.
Pengolahan data dan pembuatan peta
· Alat dan bahan pengolahan : data hasil pengukuran dan
kalkulator
Rumus :
Jarak datar : jarak lapangan x nilai cosinus sudut miring
(hasil klinometer)
· Alat dan bahan pembuatan peta : busur, penggaris, pensil,
penghapus, kertas millimeter blok, kalkulatir dan data hasil olahan.
Penggambaran peta disesuaikan dengan skala peta yang
ditentukan sesuai dengan kebutuhan. Skala biasanya
ditunjukkan dalam bentuk pembagian sebagai berikut :
1 : 2.000 yang berarti
1 cm dalam peta = 2.000 cm di lapangan, atau
1 cm dalam peta = 20 m di lapangan
5 cm dalam peta = 100 m di lapangan
Rumus
:
Jarak di peta : jarak datar / skala
Misal skala 1 :
3000 maka 1 cm dipeta sama dengan 3000 cm atau 30 meter di lapangan, jadi
apabila jarak datar di lapangan 60 meter maka jarak di peta sama adalah 60/30 :
2 cm.
Langkah-langkah
menggambar peta :
1. Posisikan
diri seolah menghadap ke arah UTARA.
2. Dengan menggunakan pensil gambarkan titik
ikat P0 pada kertas berdasarkan catatan yang terdapat tabel pengukuran. Agar
lahan yang dipetakan dapat tergambar di tengah ruang peta, maka penempatan
titik ikat P0 pada kertas dapat mengikuti beberapa pedoman dengan memperhatikan
arah P1 ke P2 yang tercatat pada tabel dan arah kelilinpengukuran, yaitu
sebagai berikut :
· Bila arah P1 ke P2 cenderung menghadap ke Utara (sekitar 0° atau 360°)
dan keliling pengukuran searah dengan jarum jam, maka titik P0 akan berada di
bagian Bawah-Kiri ruang peta (Barat Daya).
· Bila arah P1 ke P2 cenderung menghadap ke Utara (sekitar 0° atau 360°)
dan keliling pengukuran berlawanan arah dengan jarum jam, maka titik P0 akan
berada di bagian Bawah-Kanan ruang peta (Tenggara).
· Bila arah P1 ke P2 cenderung menghadap ke Timur (sekitar 45°) dan
keliling pengukuran searah dengan jarum jam, maka titik P0 akan berada di
bagian Atas-Kiri ruang peta (Barat Laut).
· Bila arah P1 ke P2 cenderung menghadap ke Timur (sekitar 45°) dan
keliling pengukuran berlawanan arah dengan jarum jam, maka titik P0 akan berada
di bagian Bawah-Kiri ruang peta (Barat Daya).
· Bila arah P1 ke P2 cenderung menghadap ke Selatan (sekitar 180°) dan
keliling pengukuran searah dengan jarum jam, maka titik P0 akan berada di
bagian Atas- Kanan ruang peta (Timur Laut).
· Bila arah P1 ke P2 cenderung menghadap ke Selatan (sekitar 180°) dan
keliling pengukuran berlawanan arah dengan jarum jam, maka titik P0 akan berada
di bagian Atas-Kiri ruang peta (Barat Laut).
· Bila arah P1 ke P2 cenderung menghadap ke Barat (sekitar 270°) dan
keliling pengukuran searah dengan jarum jam, maka titik P0 akan berada di
bagian Bawah- Kanan ruang peta (Tenggara).
· Bila arah P1 ke P2 cenderung menghadap ke Barat (sekitar 270°) dan
keliling pengukuran berlawanan arah dengan jarum jam, maka titik P0 akan berada
dibagian Atas-Kanan ruang peta (Timur Laut).
3. Tarik garis vertikal
sejajar Grid melewati titik P0, kemudian dari titik P0 gunakan busur derajat
untuk mendapatkan arah titik P1 sesuai dengan catatan pada tabel pengukuran. Perlu
diingat saat menggunakan busur derajat, karenan posisi 0° pada busur derajat
harus selalu berada di bagian atas (titik 0° mewakili arah utara) maka posisi
0° dan 180° harus diatas garis vertikal yang baru dibuat.
4. Tarik garis dari titik
P0 ke arah yang ditunjukan oleh busur derajat sepanjang nilai yang dicatat pada
tabel pengukuran di lapangan pada kolom Jarak Datar dengan memperhitungkan
skala yang ditentukan pada penggambaran peta untuk mendapatkan letak titik P1. Sebagai contoh:
· Peta digambar pada skala 1 : 500
· Jarak P0 ke P1 sepanjang 10.2 meter
Maka garis yang akan
digambar pada peta adalah;
10.2 x 100 : 500 = 2.04 cm
5. Tuliskan ANOTASI titik
P1 dilengkapi dengan nilai beda tinggi yang didapat dari tabel pengukuran pada
kolom Beda Tinggi, sebagai berikut P1 ; BT= 0 Artinya: titik tersebut adalah
posisi titik P1 yang mempunyai perbedaan tinggi dari titik sebelumnya 0 meter.
6. Demikian selanjutnya,
ulangi langkah ke 3 s/d 5 di atas secara berurutan untuk menggambarkan letak
titik-titik yang didapat dari hasil pengukuran di lapangan, sampai kembali pada
titik P1, maka di atas kertas akan tergambarkan bentuk lahan yang diukur di lapangan,
sebagaimana terlihat pada gambar di bawah.
7. Koreksi peta
Titik bidaik
awal dan titik akhir biasanya mengalami pergeseran, oleh karena itu perlu
dilakukan koreksi peta. Cara yang paling mudah adalah dengan menggambarkan peta
terlebh dahulu kemudian dikoreksi dengan cara sebagai berikut :
·
Ukur kembali jarak titik awal dengan titik akhir (cm)
·
Geser semua titik ke arah menurut arah titik awal ke
titik akhir
·
Jarak geser (cm) dihitung menggunakan cara : komulatif jarak di peta pada saat Xn /
komulatif jarak totalnya
8. Perhitungan luas
Cara yang paling mudah adalah :
· Tempelkan peta yang sudah dikoreksi peta pada kertas
milimter blok
· Kemudian hitung jumlah kotak yang ada didalamnya.
· Jumlah kotak dikalikan dengan skala peta maka akan
diperoleh hasil luas areal yang diukur.
Contoh :
Jumlah kotak
ukuran 0,5 cm adalah 2000 kotak.
Skala yang
digunakan adalah 1 : 3000 luas 0,5 x 0,5 cm di atas peta adalah setara dengan
15 x 15 m di lapangan.
Jadi 2000 kotak
tersebut sama dengan 2000 x 15 x 15 = 450.000 m2 = 45 Ha
LAMPIRAN TABEL DALAM PENGUKURAN
TABEL ISIAN PENGUKURAN
Zona.......................... Tanggal..................
Blok........................... Pelaksana...............
Petak.........................
TITIK UKUR
|
ARAH
|
JARAK
|
KEMIRINGAN
|
KETERANGAN
|
||
KOMPAS
|
METERAN
|
KLINO
|
||||
(derajat)
|
(meter)
|
(derajat)
|
||||
1
|
-
|
2
|
||||
2
|
-
|
3
|
||||
3
|
-
|
.....
|
||||
-
|
||||||
-
|
||||||
-
|
||||||
-
|
||||||
-
|
TABEL ISIAN KONDISI LAHAN
a.
Tally sheet untuk mencatat potensi kayu
Nama pemilik...........................
Luas
........................................
No
|
Jenis tanaman
|
Diameter (cm)
|
Tinggi (cm)
|
Volume (m3)
|
Ket*
|
b. Tally Sheet
untuk mencatat potensi non kayu
Nama
pemilik...........................
Luas........................................
No
|
Jenis hasil
bukan kayu
|
Jumlah/unit
|
Volume*
|
* disesuaikan dengan satuan jenis HHBK