AGROFORESTRY
Oleh :
M.
IMRAN ZAINAL, S.Hut
Penyuluh
Kehutanan
BAB
I PENDAHULUAN
A.
Latar Belakang
Pembangunan kehutanan diarahkan untuk memberikan
manfaat yang sebesar-besarnya bagi kemakmuran rakyat dengan tetap menjaga
kelestarian dan kelangsungan fungsi hutan. Dalam pelaksanaan pembangunan
kehutanan sangat diperlukan peran serta masyarakat di dalam dan di luar kawasan
hutan. Untuk itu keberhasilan pembangunan kehutanan sangat ditentukan oleh
keberhasilan pembangunan masyarakat sekitar terutama untuk peningkatan
kesejahteraan. Perubahan penggunaan lahan dari hutan menjadi areal pertanian
merupakan kenyataan yang terjadi sejalan dengan peningkatan jumlah penduduk. Di
daerah Bantaeng, masyarakat telah banyak mengkonversi lahan hutan menjadi areal
perkebunan kopi sebagai mata pencahariannya. Pada tahun 1970-an sekitar 60%
daerah ini masih dalam keadaan hutan alam, tetapi pada akhir tahun 1990-an
hanya sekitar 15% hutan yang masih tertinggal (Agus et al., 2002).
Alih fungsi lahan hutan menjadi lahan pertanian
disadari menimbulkan banyak masalah seperti penurunan kesuburan tanah, erosi,
kepunahan flora dan fauna, banjir, kekeringan dan bahkan perubahan lingkungan
global. Masalah ini bertambah berat dari waktu ke waktu sejalan dengan
meningkatnya luas areal hutan yang dikonversikan menjadi lahan usaha lain.
Agroforestri adalah salah satu sistem pengelolaan lahan yang mungkin dapat
ditawarkan untuk
mengatasi
B.
Tujuan
Tujuan dari makalah ini
adalah untuk mengetahui seberapa jauh peran agroforestri terhadap
produktivitas dan perlindungan tanah.
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
Nair (1989) menyebutkan bahwa agroforestry adalah
suatu nama kolektif untuk sistem-sistem penggunaan lahan dan teknologi, dimana
tanaman keras berkayu (pohon-pohonan, perdu, jenis-jenis palma, bambu dan
sebagainya) ditanam secara bersamaan dengan tanaman pertanian, dan/atau hewan,
dengan suatu tujuan tertentu dalam suatu bentuk pengaturan spasial atau urutan
temporal, dan didalamya terdapat interaksi ekologi dan ekonomi diantara
komponen yang bersangkutan. Dalam praktiknya, pemanfaatan luas lahan yang
terbatas memberikan inovasi-inovasi pola yang secara bebas memberikan ruang
pilihan kepada petani.
Pola agroforestri-tumpangsari menggunakan jenis-jenis
yang mempunyai prospek pasar yang menjanjikan (Sabarnurdin et
al. 2011) petani memiliki tujuan menanam, yaitu: petani memperoleh manfaat
sosial dari tumpangsari tanaman semusim seperti jagung, singkong, pisang, serta
rumput gajah bagi petani yang memelihara ternak; manfaat ekonomi berupa hasil
kayu untuk industri dengan pemasaran lokal maupun ekspor. Salah satu alternatif
sistem penggunaan lahan untuk tujuan produksi dan konservasi adalah sistem
agroforestri, yaitu pengelolaan komoditas pertanian, peternakan dan atau
perikanan dengan komoditas kehutanan berupa pohon-pohonan.
Agroforestri merupakan salah satu sistem pengelolaan
lahan hutan dengan tujuan untuk mengurangi kegiatan perusakan/perambahan hutan
sekaligus meningkatkan penghasilan petani secara berkelanjutan (Hairiah et
al., 2000; de Foresta et el., 2000). Peluang bagi digunakannya sistem
agroforestry dalam pengelolaan lahan juga disebabkan karena (Sabarnurdin, 2002)
:
1. Agroforestry
adalah metode biologis untuk konservasi dan pemeliharaan penutup tanah
sekaligus memberikan kesempatan menghubungkan konservasi tanah dengan konservasi
air.
2. Dengan
agroforestry yang produktif dapat digunakan untuk memelihara dan meningkatkan
produksi bersamaan dengan tindakan pencegahan erosi.
3. Kegiatan
konservasi yang produktif memperbesar kemungkinan diterimanya konservasi oleh
masyarakat sebagai kemauan mereka sendiri. Digunakannya tehnik diagnostik dan
designing untuk merumuskan pola tanam secara partisipatif merupakan kelebihan
dari tehnik agroforestry.
BAB III PEMBAHASAN
Sebagian besar hutan alam di Indonesia termasuk dalam
hutan hujan tropis. Banyak para ahli yang mendiskripsi hutan hujan tropis
sebagai ekosistem spesifik, yang hanya dapat berdiri mantap dengan keterkaitan
antara komponen penyusunnya sebagai kesatuan yang utuh. Keterkaitan antara
komponen penyusun ini memungkinkan bentuk struktur hutan tertentu yang dapat
memberikan fungsi tertentu pula seperti stabilitas ekonomi, produktivitas
biologis yang tinggi, siklus hidrologis yang memadai dan lain-lain. Penanaman
berbagai macam pohon dengan atau tanpa tanaman setahun (semusim) pada lahan
yang sama sudah sejak lama dilakukan petani di Indonesia. Contoh ini dapat
dilihat dengan mudah pada lahan pekarangan di sekitar tempat tinggal petani.
Praktek ini semakin meluas belakangan ini khususnya di daerah pinggiran hutan
dikarenakan ketersediaan lahan yang semakin terbatas.
Konversi hutan alam menjadi lahan pertanian ini,
disadari menimbulkan banyak masalah seperti penurunan kesuburan tanah, erosi,
kepunahan flora dan fauna, banjir, kekeringan dan bahkan perubahan lingkungan
global. Masalah ini bertambah berat dari waktu ke waktu sejalan dengan
meningkatnya luas areal hutan yang dikonversi menjadi lahan usaha lain. Maka
lahirlah agroforestri sebagai suatu cabang ilmu pengetahuan baru di bidang
pertanian atau kehutanan. Ilmu ini berupaya mengenali dan mengembangkan
keberadaan sistem agroforestri yang telah dikembangkan petani di daerah
beriklim tropis maupun beriklim subtropis sejak berabad-abad yang lalu.
Dalam sistem agroforestri terdapat interaksi ekologis
dan ekonomis antara komponen-komponen yang berbeda. Agroforestri ditujukan
untuk memaksimalkan penggunaan energi matahari, meminimalkan hilangnya unsur
hara di dalam sistem, mengoptimalkan efesiensi penggunaan air dan meminimalkan
runoff serta erosi. Dengan demikian mempertahankan manfaat-manfaat yang dapat
diberikan oleh tumbuhan berkayu tahunan (perennial) setara dengan tanaman
pertanian konvensional dan juga memaksimalkan keuntungan keseluruhan yang
dihasilkan dari lahan sekaligus mengkonservasi dan menjaganya. Salah satu
keuntungan yang paling banyak diakui agroforestri adalah potensinya untuk
melestarikan dan memelihara kesuburan tanah dan produktivitas. Hal ini sangat
relevan terjadi di daerah tropis karena laju dekomposisi bahan organiknya
tinggi dan secara umum kesuburannya rendah. Menurut Young dalam Suprayogo et al
(2003) ada empat keuntungan terhadap tanah yang diperoleh melalui penerapan
agroforestri antara lain adalah:
1) Memperbaiki
kesuburan tanah,
2) Menekan
terjadinya erosi
3) Mencegah
perkembangan hama dan penyakit,
4) Menekan
populasi gulma.
Peran utama agroforestri dalam mempertahankan
kesuburan tanah, antara lain melalui empat mekanisme:
1. Mempertahankan
kandungan bahan organik tanah,
2. Mengurangi
kehilangan hara ke lapisan tanah bawah,
3. Menambah
N dari hasil penambatan N bebas dari udara,
4. Memperbaiki
sifat fisik tanah,
Tanah bervariasi di alam baik menurut sifat maupun
jenisnya. Sehingga pemahaman mengenai klasifikasi tanah penting untuk studi
aspek tanah agroforestri. Sistem klasifikasi tanah sebelumnya didasarkan pada
konsep “zonality” yaitu sifat-sifat tanah yang ditentukan oleh iklim, vegetasi,
topografi, bahan induk, dan usia. Pengklasifikasian tanah ini sangatlah berguna
untuk menentukan produktivitas tanah. Untuk menilai produktivitas tanah maka
ada beberapa faktor yang perlu diperhatikan, yaitu pola hujan, intensitas
hujan, potensi evaporasi, suhu, dan angin. Dan agroforestri telah diyakini
mempunyai potensi besar sebagai alternatif penggunaan lahan utama, konsevasi
tanah dan juga pemeliharaan kesuburan serta produktivitas lahan di daerah
tropis. Teknik konservasi tanah dan air pada daerah berlereng dilakukan dengan
pembuatan terasering atau melakukan penanaman mengikuti garis kontur di dalam
lorong dengan menggunakan tanaman penyangga berupa campuran tanaman tahunan
(perkebunan, buah-buahan, polong-polongan dan tanaman industri) sayuran dan
rumput untuk pakan ternak. Penggunaan mulsa lamtoro (Leucaena leucocephala)
dapat meningkatkan kesuburan tanah dan pendapatan petani, sedangkan bahaya
erosi dapat diperkecil.
Pendapatan para petani dapat meningkat dua kali
setelah mengikuti semua aturan yang ditentukan selama empat tahun.Teknologi
Lahan Pertanian Miring (TLPM) merupakan suatu pola agroforestry. TLPM merupakan
paket teknologi konservasi tanah dan produksi pangan dengan cara berbagai macam
konservasi tanah yang berbeda secara terpadu pada suatu lahan. Hal
ini dapat dilihat dari suatu pola tanam campuran yang dapat dianggap sebagai
bentuk agroforestry yang di dalamnya terdapat jalur-jalur tanam yang ditanami
tanaman buah-buahan, kacang-kacangan, atau tanaman pangan lainnya. Secara umum
agroforestri berfungsi protektif (yang lebih mengarah kepada manfaat biofisik)
dan produktif (yang lebih mengarah kepada manfaat ekonomis). Manfaat
agroforestri secara biofisik ini dibagi menjadi dua level yaitu level bentang
lahan atau global dan level plot. Pada level global meliputi fungsi
agroforestri dalam konservasi tanah dan air, cadangan karbon (C stock) di
daratan, mempertahankan keanekaragaman hayati.
Di Indonesia agroforestri sering juga ditawarkan
sebagai salah satu sistem pertanian yang berkelanjutan. Namun dalam
pelaksanaannya tidak jarang mengalami kegagalan, karena pengelolaannya yang
kurang tepat. Guna meningkatkan kemampuan mahasiswa dalam mengelola agroforestri,
diperlukan paling tidak tiga ketrampilan utama yaitu:
a. mampu
menganalisis permasalahan yang terjadi,
b. merencanakan
dan melaksanakan kegiatan agroforestri,
c. monitoring
dan evaluasi kegiatan agroforestri.
Namun prakteknya, dengan hanya memiliki ketiga
ketrampilan tersebut di atas masih belum cukup karena kompleksnya proses yang
terjadi dalam sistem agroforestri. Sebelum lebih jauh melakukan inovasi
teknologi mahasiswa perlu memahami potensi dan permasalahan yang dihadapi oleh
praktek agroforestri (diagnosis). Usaha pokok dalam pengawetan tanah dan
air meliputi (Zulrasdi et,al. 2005):
1. Pengelolaan
lahan. - Sesuai kemampuan lahan - Mengembalikan sisa-sisa tanaman
kedalam tanah - Melindungi lahan dari ancaman erosi dengan menanam tanaman
penutup tanah - Penggunaan mulsa
2. Pengelolaan air.
Pengelolaan air adalah usaha-usaha pengembangan sumberdaya air dalam hal :
- Ø Jumlah air yang memadai
- Ø Kualitas air
- Ø Tersedia air sepanjang tahun
3. Pengelolaan
vegetasi Pengelolaan vegetasi pada hutan tangkapan air maupun pemeliharaan
vegetasi sepanjang aliran sungai, dapat ditempuh dengan cara :
· Penanaman dengan tanaman berakar serabut seperti
bambu yang sangat dianjurkan dipinggiran sungai, kemudian diikuti dengan rumput
makanan ternak seperti rumput gajah, rumput setaria, rumput raja dll. Penanaman
ini dimaksudkan untuk enghalang terjadinya erosi pada tanah.
·
Penanaman tanaman semusim untuk lahan yang tidak
memiliki kemiringan.
·
Pembuatan teras. Bila pada lahan tersebut
terdapat kemiringan maka perlu dibuat teras.
4. Usaha tani
konservasi. Usaha tani konservasi adalah penanaman lahan dengan tanaman pangan
serta tanaman yang berfungsi untuk mengurangi erosi ( aliran permukaan) dan mempertahankan
kesuburan tanah. Prinsip usaha tani konservasi :
- Mengurangi sekecil mungkin aliran air pemukaan
dan meresapkan airnya sebesar mungkin kedalam tanah.
-
Memperkecil pengaruh negativ air hujan yang
jatuh pada permukaan tanah.
-
Memanfaatkan semaksimal sumber daya alam dengan
memperhatikan kelestarian.
BAB IV KESIMPULAN
Pengklasifikasian tanah ini sangatlah berguna untuk
menentukan produktivitas tanah. Untuk menilai produktivitas tanah maka ada
beberapa faktor yang perlu diperhatikan, yaitu pola hujan, intensitas hujan,
potensi evaporasi, suhu, dan angin. Dan agroforestri telah diyakini mempunyai
potensi besar sebagai alternatif penggunaan lahan utama, konsevasi tanah
danjuga pemeliharaan kesuburan serta produktivitas lahan di daerah tropis.
DAFTAR PUSTAKA
de Foresta ,H. A. Kusworo, G. Michon dan W.A.
Djatmiko. 2000. Ketika kebun berupa hutan: Agroforest kahas Indonesia, sebuah
sumbangan masyarakat. ICRAF, Bogor.
Hairiah K., S.R. Utami, D. Suprayogo,
Widianto, S.M. Sitompul, Sunaryo, B. Lusiana, R. Mulia, M. van Noordwijk and G.
Cadish. 2000. Agroforestry on acid soils in humid tropics: managing
tree-soil-crop interactions. ICRAF, Bogor. Nair, P.K.R. 1993. An
Introduction to Agroforestry. The Netherlands : Kluwer Academic Publisher.
Sabarnurdin, M. Sambas. 2002. Agroforestry : Konsep, Prospek Dan
TantanganPresentasi Workshop Agroforestry 2002, Fakultas Kehutanan,
UniversitasGadjah Mada, Yogyakarta Suprayogo. D, K Hairiah, N Wijayanto,
Sunaryo dan M Noordwijk. 2003. Peran Agroforestri pada Skala Plot:
Analisis Komponen Agroforestri sebagai Kunci Keberhasilan atau Kegagalan
Pemanfaatan Lahan Indonesia. Bogor : World Agroforestry Centre
(ICRAF), Southeast Asia Regional Office. PO Box 161 Bogor, Indonesia Zulrasdi.
Noer, Sjofjendi, 2005. Pertanian di Daerah aliran Sungai Lembaga Informasi
Pertanian. BPPT Sumatra Barat
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Selamat Datang di Lestari di Indonesia Blogspot