Kamis, 30 Juni 2016

MENGENAL JATI (Tectona grandis Linn F.)

JATI (Tectona grandis Linn F.)

I. Informasi Umum 

Jati (Tectona grandis) merupakan kayu komersial yang banyak diminati masyarakat dan tergolong memiliki keawetan dan kekuatan kayu kelas kedua, termasuk famili Verbenaceae. Secara morfologi tanaman jati memiliki tinggi yang dapat mencapai 30-45 m. Batang yang bebas cabang dapat mencapai antara 15-20 m bila dilakukan pemangkasan (Siregar, 2005). 

II. Kriteria Benih Bibit 

Tanaman Buah jati yang telah masak pada umumnya dapat dipanen pada bulan September – Oktober. Pohon jati mulai menghasilkan benih pada umur 12-15 tahun. Pada pohon jati terubusan, pohon dapat menghasilkan benih pada umur yang lebih muda.
a. Memilih pohon benih yang unggul dengan ciri : 
  1. Diameter batang dan tinggi di atas rata-rata 
  2. Batangnya lurus dengan bebas cabang tinggi 
  3. Tajuk sehat dan seimbang 
  4. Bebas dari hama dan penyakit 
  5. Kulit kayunya bagus 
  6. Dewasa dan mampu menghasilkan benih. 
b. Penanganan benih dilakukan sebagai berikut (Pramono, dkk 2010) : 
  1. Pilihlah benih yang sehat dan masak, dicirikan dengan warna coklat gelap. 
  2. Benih dikeringkan dengan cara dijemur pada terik matahari 
  3. Penjemuran dilakukan selama 1-2 hari penuh, sehingga kadar airnya mencapai 12 %. 
  4. Setelah kering, dibersihkan dengan cara mengupas mahkotanya dan memisahkan kotoran atau serasah yang tercampur dalam benih. 
  5. Benih yang sudah berlubang-lubang (bopeng) tidak selalu menandakan bahwa benih tersebut berkualitas buruk. Benih seperti ini sering lebih mudah berkecambah karena telah mengalami skarifikasi (penipisan kulit benih) secara alami. 
  6. Di dalam satu kg benih jati biasanya berisi sekitar 1.500 butir. 
c. Menyimpan benih (Pramono, dkk 2010) : 
  1. Benih yang telah kering disimpan dalam wadah plastik. 
  2. Ruang simpan hendaknya kering dan sejuk. Jika memungkinkan beruang AC. 
  3. Benih sebaiknya disimpan paling lama 2 tahun. 
d. Perlakuan perkecambahan, pilih salah satu cara berikut ini (Pramono, dkk 2010) : 
  1. Benih direndam selama 3 x 24 jam dalam air mengalir, kemudian tiriskan benih selama 2 hari.
  2. Benih direndam selama 3 hari dalam air tergenang yang selalu diganti setiap hari, kemudian tiriskan benih selama 2 hari.
  3. Benih direndam dalam air dingin selama satu hari, kemudian benih dikeringkan di bawah terik matahari satu hari. Diulang kurang lebih 4-5 hari.
  4. Benih setiap hari direndam dalam air dingin selama satu jam kemudian dipindah ke dalam air panas selama 1 jam selanjutnya dikering-anginkan. Hal ini dilakukan selama 1 minggu.
  5. Benih direndam dalam larutan Asam Sulfat pekat (H2SO4) selama 15 menit, kemudian dicuci dengan menggunakan air, dan tiriskan selama 1 malam.
  6. Benih direndam dalam air dingin selama dua malam kemudian dijemur di bawah sinar matahari selama 1 hari.
e. Penyapihan Kecambah, (Pramono, dkk 2010) :
  1. Siapkan media semai berupa campuran tanah humus (tanah lapisan atas) dan kompos dengan perbandingan 2:1 atau pupuk kandang dan tanah humus (2:3). 
  2. Media dijemur dan dicampur dengan fungisida (racun pembunuh jamur) agar steril, kemudian ditempatkan pada kantong semai. 
  3. Kecambah siap disapih setelah berumur 3-5 hari atau dicirikan dengan terbentuknya sepasang daun muda yang belum membuka penuh. 
  4. Penyapihan dapat dilakukan pada waktu pagi (sebelum jam 10.00) atau sore (sesudah jam 15.00). 
  5. Untuk memudahkan penyapihan, media dibasahi terlebih dahulu. 
  6. Media di sekitar dan di bawah kecambah diangkat dengan menggunakan ranting atau bambu berbentuk pipih untuk mengambil kecambah beserta akar-akarnya. 
  7. Angkat kecambah dengan memegang daun atau lembaganya, kemudian langsung ditanam pada media tanam yang telah dibasahi dan dilubangi. 
  8. Siram media dan benih dengan pancaran air yang halus. 
III. Pola Tanam 
  • Pola tanam monokultur, hanya terdapat 1 jenis tanaman. 
  • Pola tanam tumpangsari, penanaman jati (tanaman pokok) yang dikombinasikan dengan tanaman pertanian/semusim di dalam satu area. 
IV. Persiapan Lahan (Pramono, dkk 2010) 
Persiapan lahan, meliputi : pemilihan lokasi, pembersihan lahan dari semak dan akar-akar gulma, pembongkaran tunggak, pembalikan tanah, penghancuran bongkahan tanah, dan penyingkiran batu.
  1. Tumbuh pada lahan-lahan yang berada di tepi pantai hingga daerah tinggi (1.000 m dpl), memiliki kandungan kapur dan lempung-liat cukup tinggi. 
  2. Beriklim kering maupun basah (curah hujan 1.250-3.000 mm/th), dan pada tanah berjenis regusol-grumosol (Pramono, dkk 2010). 

V. Penanaman (Pramono, dkk 2010) 
a. Pengaturan Jarak Tanam (Pramono, dkk 2010) 
  1. Pola monokultur jarak tanam yang sering digunakan adalah 2,5 x 2,5 m; 3 x 1 m;2 x 3 m; dan 3 x 3 m. 
  2. Jarak tanam yang rapat akan menghasilkan batang yang lebih lurus dan pertumbuhan meninggi yang lebih cepat, sedangkan jarak tanam yang lebih lebar akan menghasilkan diameter batang yang lebih besar. 
  3. Kombinasi yang baik adalah ditanam rapat pada awal penanaman agar pohon tumbuh tinggi lurus, kemudian dilakukan penjarangan agar batang tumbuh membesar. 
  4. Pada sistem tumpangsari, jati dapat ditanam rapat dalam bentuk larikan. Antar larikan dibuat jarak yang lebih lebar untuk ditanami tanaman semusim, misalnya singkong, jagung, kedelai, kacang tanah, atau nilam. 
b. Pembuatan dan pemasangan ajir, dan Pembuatan lubang tanam. 
Ukuran lubang tanam sebaiknya 30 x 30 x 30 cm. Adapun teknik penanaman dengan cemplongan yaitu :
  1. Lahan yang akan ditanami jati, dibuat lubang-lubang (cemplongan) dengan menggunakan kayu runcing. 
  2. Benih jati dimasukkan ke dalam lubang cemplongan sebanyak 2-3 biji. 
  3. Jika di dalam satu cemplongan tumbuh lebih dari satu bibit, maka dilakukan seleksi. 
  4. Jika semua bibit di dalam satu cemplongan pertumbuhannya bagus, maka pilih salah satu bibit yang akan dibiarkan tumbuh, bibit lainnya dicabut untuk ditanam di cemplongan lain yang bijinya tidak tumbuh. Secara visual dapat dilihat teknik penanaman bibit dibawah ini. 
VI. Pemeliharaan Tegakan (Pramono, dkk 2010) 
a. Pembersihan Gulma Pembersihan gulma akan lebih berhasil (lebih efektif) jika tanaman jati ditumpangsarikan dengan tanaman pertanian (Agroforestry). Pengolahan lahan pada tanaman pertanian sekaligus menjadi kegiatan pembersihan gulma.
b. Pemupukan

  1. Pemupukan dilakukan pada umur 1, 2 dan 3 tahun dengan pupuk NPK.
  2. Dosis pupuk pada tahun pertama 50 gr, tahun kedua 100 gr dan tahun ketiga 150 gr per pohon. Selain itu gunakan pupuk kompos dengan takaran 10 kg per lubang tanam.
  3. Pemberian dolomit disarankan hanya pada daerah yang memiliki pH tanah asam. Dolomit bisa diberikan bersama-sama dengan pemberian pupuk dasar sebelum penanaman, dengan dosis 150 sampai 250 gr tiap lubang tanam.

c. Penyulaman, 
kegiatan mengganti tanaman yang mati dengan bibit baru. Dilakukan pada musim hujan.
d. Pemangkasan
kegiatan pemangkasan cabang pohon. Kegiatan ini bertujuan untuk meningkatkan tinggibebas cabang dan mengurangi mata kayu dari batang utama.
e. Penjarangan,
Tanaman yang tertekan dan tidak sehat sebaiknya dibuang untuk memberi kesempatan kepada pohon yang memiliki kualitas baik.
f. Pemeliharaan Terubusan, 
Tunggak jati bekas tebangan jika dibiarkan akan menghasilkan terubusan yang dapat dipelihara hingga dewasa. Terubusan biasanya mampu tumbuh lebih cepat dari pada pohon yang berasal dari benih.
g. Pengendalian Hama dan Penyakit, 
penjarangan terhadap pohon yang terserang inger-inger harus dilakukan sebelum awal musim hujan di saat laron inger-inger belum keluar. Pemberian fumigan phostoxin, disuntikkan pada batang yang terserang melalui lubang-lubang gerek.

VII. Daftar Pustaka
Siregar, E.B.M. 2005. Potensi Budidaya Jati. Fakultas Pertanian, Program Studi Kehutanan. Fakultas Sumetera Utara.
Pramono, A.A; M.A Fauzi; N. Widyani; I. Heriansyah dan J.M Roshetko. 2010. Pengelolaan Hutan Jati Rakyat. Panduan Lapangan untuk Petani,
CIFOR (Center for International Forestry Research). Bogor B.



Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Selamat Datang di Lestari di Indonesia Blogspot