Kamis, 14 Mei 2015

PEMBUDIDAYAAN GAHARU

PEMBUDIDAYAAN GAHARU
Pohon penghasil gaharu (Aquilaria, Sp) adalah spesies asli Indonesia yang cocok ditanam di daerah Sumatera,Dataran tinggi Jawa,Kalimantan dan Irian Jaya, beberapa spesies gaharu komersial yang sudah mulai dibudidayakan adalah: Aqualaria Malaccensis, A.Microcarpa, A.Beccariana, A.Hirata, A.Filaria dan Grynops Verteggi serta A. Cresna asal Kamboja. Gaharu Cianjur, 2010).
1. Lokasi Penanaman
Tanaman gaharu dapat ditanam pada ketinggian 750 mpl, jenis Aquilaria sp tumbuh sangat baik pada tanah liat ( misalnya podsolik merah kuning), tanah lempung berpasir dengan drainasi sedang sampai baik. Tipe iklim A-B dengan kelembaban sekitar 80 %. Suhu udara antara 22-28 C. Dengan curah hujan berkisar antara 2.000 s/d 4.000 mm/tahun. Lahan tempat tumbuh yang perlu dihindari adalah : (1) Lahan yang tergenang secara permanen, (2) Tanah rawa, (3) Lahan dangkal ( yang mempunyai kedalaman kurang dari 50 cm, (4) Pasir kuarsa, (5) Lahan yang mempunyai ph kurang dari 4,0. (Nasima, 2008).
1. Jarak dan Lobang Tanam
Jarak tanam tanaman gaharu dapat dibuat 3x3 M. untuk 1000/ha, 2,5x3 M untuk penanaman tumpang sari (3 M dari tanaman utama atau yang telah ditanami.
Untuk ukuran lobang tanam adalah 40 cm panjang x 40 lebar cm x 40 cm kedalamannya.
2. Penanaman Bibit Gaharu
Penanaman bibit penghasil gaharu dapat dilakukan pada awal musim hujan pada pagi hari sampai jam 11 siang dan dilanjutkan pada sore hari. Alur penanaman setelah lobang digali 40 cm x 40 cm x 40 cm dibiarkan selama 1 minggu supaya lobang berinteraksi dengan udara luar kemudian kita masukkan campuran kayu lapuk dengan media tanam dengan perbandingan 1 : 3(satu kayu lapuk 3 media tanam) sampai mencapai ¾ ukuran lubang kemudian biarkan 2 - 3 minggu bibit gaharu siap ditanam. Penanaman juga dapat dilakukan secara agroporesty ( tumpang saeri ) dengan tanaman jagung, singkong, pisang, karet, akasia, sengon, kelapa sawit dll. Dengan mengatur jarak tanam yang tepat maka tanaman gaharu tidak akan mengganggu tanaman pokok.
3. Pemeliharaan Tanaman Gaharu
Tanaman penghasil gaharu pada umur 1 – 3 tahun perlu dipelihara secara intensif, terutama mengurangi gangguan dari gulma karena tanaman penghasil gaharu telah bermikoriza maka penggunaan pupuk dapat diminimalisir. Pemupukan dapat dilakukan 3 bulan sekali namun dapat juga dilakukan setiap 6 bulan sekali dengan kompos (sangat disarankan menggunakan pupuk organic). Penggunaan pupuk kimia dapat juga ditambahkan setiap 3 bulan dengan dosis rendah (5 gr/tanaman) setelah tanaman berumur 1 th, kemudian dosisnya bertambah sesuai dengan besarnya batang tanaman. Hama tanaman gaharu yang perlu diperhatikan adalah kutu putih yang hidup di permukaan daun bawah, bila kondisi lingkungan lembab. Pencegahan dilakukan dengan pemangkasan pohon pelindung agar cahaya matahari diikuti dengan penyemprotan pestisida(pestisida Organik).
Pembersihan rumput dapat dilakukan 3 bulan sekali atau saaT dipandang perlu. Pemangkasan cabang/ranting pohon dapat dilakukan pada saat tanaman berumur 3 – 5 tahun, dengan memotong cabang bagian bawah dan menyisakan 4 – 10 cabang atas. Pucuk tanaman dipangkas dan dipelihara cukup sekitar 5 M sehingga memudahkan pekerjaan inokulasi gaharu. Inokulasi?
INOKULASI/PENYUNTIKAN
Inokulasi adalah salah satu hal yang sangat penting dalam usaha gaharu karena resin gaharu sangat tidak mudah terbentuk secara alami, sehingga perlu campur tangan manusia seperti dengan pembuatan pelukaan dan memberikan bahan pemicu produksi resin gaharu seperti cendawan dan bahan lainnya. Cendawan yang biasa diinokulasikan seperti jenis fusarium sp, phiolphora parasitica, torula sp, Aspergilus sp, Penicilium sp, Cladosporium sp, Opicoccum Granulatum sp,Clymndrocladium sp, sphaeropsis sp, Botryodlipodhia theobromae, Tricodarma sp, phomopsis sp, Chunninghamella echinulata.
Tingkat keberhasilan inokulasi pada satu pohon sangat bervariasi. Perhitungan yang sangat pesimis hasil budidaya pada tahun ke tujuh adalah 1 kg gubal, 10 kg kemendangan dan 15 kg abu. Namun beRdasarkan pengalaman optimis dari Thailand hasilnya mencapai 5 – 10 kg gubal. (Tunas Gaharu, 2010).
PEMANENAN GAHARU
Ada dua cara panen gaharu.
1. Pemanenan Berkala
Pemanenan ini dilakukan dengan mengeruk, mengerok, mengupas bagian pohon yang telah terinfeksi dan menghasilkan damar wangi (gaharu) dan hasilnya biasanya berbentuk serpihan-serpihan kecil. Setelah dilakukan pemanenan maka dilakukan proses inokulasi lagi.
2. Pemanenan Total
Pemanenan ini dilakukan dengan cara menebang habis tanaman penghasil gaharu yang sudah diinokulasi dan menunjukkan pohon tersebut telah terbentuk gubal gaharu antara lain:
- Daun pada tajuk menguning dan rontok
- Ranting-ranting mulai mengering
- Secara fisik pertumbuhan telah berhenti
- Kulit batang mulai mengering
- Kulit kupasan apabila dibakar akan berbau aroma harum khas

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Selamat Datang di Lestari di Indonesia Blogspot